Welcome to Oryza's Page, you read it and you will know it. "Tinggalkan komentar anda".

Sabtu, 15 Desember 2012

Beras Jepang: Tak Semua Nasi itu Sama



oleh : Koshihikari Shinmai / photo Junanto


Rambut boleh sama hitam, tapi pikiran bisa berbeda. Pun demikian dengan beras. Warna beras boleh sama putihnya, tapi soal rasa, nanti dulu. Dari beraneka ragam beras putih di dunia ini, beras Jepang adalah salah satu yang terbaik. Rasanya pulen, plump, moist, dan teksturnya pas. Sebagaimana di Indonesia, beras juga menjadi makanan pokok masyarakat Jepang. Sebagai makanan pokok, orang Jepang tentu sangat memerhatikan kualitas dan kelezatan dari berasnya. Jangankan untuk makanan pokok, untuk hal-hal kecil saja orang Jepang sangat memerhatikan kualitas kan? Apalagi untuk berasnya.
Namun, tak semua beras Jepang itu juga sama. Dari semua beras Jepang yang enak, masih bisa dibeda-bedakan lagi tergantung pada daerah penanaman, maupun musim panennya. Dan, musim gugur kemarin adalah saat yang tepat untuk mencicipi beras Jepang. Musim gugur adalah musim panen beras di Jepang. Beras Jepang yang diproduksi pada musim itu, adalah beras terbaik yang ada di Jepang. Beras itu juga terasa lebih lezat dibanding beras pada bulan-bulan lainnya.
Orang Jepang menyebut beras yang baru dipanen tersebut dengan nama shinmai. Shin merujuk pada bahasa Jepang yang berarti baru. Shin digunakan juga untuk menyebut sesuatu yang baru atau beginner.  Menurut Kementrian Pertanian Jepang, hanya beras yang dipanen dan dijual pada tahun yang sama bisa disebut shinmai. Kalau ia sudah melewati tahunnya, ia disebut dengan beras lama (komai). Meski lama, beras komai masih boleh dijual dan dipasarkan dengan standar tertentu.
Beras shinmai ini muncul di supermarket sejak awal musim gugur hingga akhir tahun. Masa-masa 3 bulan itu adalah masa “the best” dari beras Jepang baru panen. Oleh karenanya, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencicipi beras shinmai ini.
Dari berbagai jenis yang ada, favorit saya adalah beras koshihikari yang dipanen di daerah Niigata. Karena daerah Niigata merupakan daerah pertanian, maka rasa berasnya tentu jagoan. Kalau anda sensitif terhadap beras, tentu dapat merasakan beda antara nasi yang diproduksi dari beras shinmai atau nasi yang diproduksi dari beras komai.
Meski keduanya bisa sama-sama pulen, kelembutan teksturnya berbeda. Perbedaannya memang tipis, namun kalau sudah mencicipi shinmai, anda akan merasakan efek “aha” dari kelembutannya. Shinmai memiliki tekstur kepulenan yang lebih terasa dibanding beras biasa. Kesegarannya melekat di langit-langit mulut.
Cara terbaik menguji kelezatan nasi dari beras shinmai adalah memakannya “as it is”. Satu piring atau bowl nasi, cukup taburi dengan sedikit nori atau ikan teri. Tak perlu lauk pauk. Cobalah. Saat saya memakannya, hhmmmmppphhh, inilah nasi terenak yang pernah saya rasakan. Begitu lembut dan nikmat. Lupakan dulu lauk pauk, tetaplah pada keminimalan rasa nasi. Anda akan menemukan kelezatan yang tak tepermanai. Ingin coba model lainnya, cobalah dalam bentuk onigiri atau nasi sekepal yang dibungkus nori (rumput laut). Nasinya terasa lezat karena bercampur dengan nori dan tentu saja topping yang digunakan.
Sebelumnya, saya tidak percaya legenda Dewi Sri sebagai Dewi Padi. Tapi setelah mencicipi beras shinmai, saya merasakan seolah Dewi Sri itu benar-benar ada. Dan di beras shinmai inilah, Dewi Sri mengejawantah. 
Salam beras shinmai.
Sumber : http://junantoherdiawan.com/2012/01/04/beras-jepang-tak-semua-nasi-itu-sama/

Ilmuwan Jepang Bikin Padi Tahan Air Laut





Ilmuwan Jepang di bawah Riken Nishina Centre for Accelerator-Based Science tengah mengembangan varietas padi tahan air laut. Hal itu dilakukan terkait potensi bencana tsunami yang cukup besar di negara tersebut.
Penelitian itu telah menunjukkan hasil positif meski baru satu varietas yang berhasil dibuat serta rasa beras masih tidak enak. Peneliti terus mengembangkan varietas tersebut dengan mempercepat mutasi melalalui generator partikel.

Kamis, 13 Desember 2012

Pemilihan Puteri Padi Karawang 2013


Karawang merupakan lumbung pangan sehat nasional. Sebagai remaja kita harus peduli akan potensi alam yang kita miliki, karena 55% daratan daerah karawang merupakan daerah pesawahan yang subur dan produktif. Oleh karena itu, ikutilah pemilihan puteri padi karawang tahun 2013!!




Siapkan dirimu dan jadilah pemenang! Be smart and Beauty!

Minggu, 11 November 2012

Keberhasilan Penelitian Padi Indonesia





Indonesia adalah Negara ketiga terbesar penghasil beras di dunia, setelah Cina dan India. Beras merupakan faktor penentu utama dalam ketahanan pangan nasional. Dalam memenuhi ketahanan pangan nasional perlu dilakukannya swasembada beras.

Pada bulan September, Australian Center for International Agriculture (ACIAR) melaporkan hasil penelitian dari International Rice Research Institute (IRRI) bahwa pada tahun 1985 dan 2009 dari tiga Negara penghasil padi yaitu  Indonesia, Vietnam, dan Filipina, Indonesia menghasilkan panen tertinggi yaitu mencapai 13.0 %. Panen padi di Indonesia mencapai tertinggi di dunia yaitu sekitar 5,1 ton per hektar di tahun 2010.
Dalam pemenuhan swasembada beras Indonesia melakukan penelitian di bidang pemuliaan untuk mengembangkan varietas-varietas padi baru yang tahan terhadap perubahan iklim dan tahan terhadap hama dan penyakit.

Indonesia menduduki tingkat penelitian teratas. Ciherang merupakan varietas padi terbesar di tanam di Indonesia, yaitu sekitar 60%. Ciherang dikembangkan oleh Peneliti padi Indonesia dengan menggunakan bahan pemuliaan dari IRRI Filipina.

IRRI juga telah bekerja sama dengan Badan Litbang Indonesia (BB Padi) melalui program IVR (Interactive Voice Response) yaitu suatu sistem informasi mengenai pemupukan padi melalui sarana Handphone.

Sebagai kilas balik keberhasilan dari penelitian padi Indonesia telah diadakan Konfrensi Pers pada tanggal 5 Oktober 2011, di hotel Sultan Jakarta. Acara di hadiri oleh Dr. Zeigler (DG IIRI) dan beberapa peneliti dari Litbang.



Padi Super Tahan Banjir


Padi merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat. Padi mempunyai peran penting salah satunya sebagai sumber bahan pangan setelah diolah menjadi beras. Mengingat pentingnya peran padi maka produksi beras nasional perlu ditingkatkan untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Untuk itulah dibutuhkan varietas padi yang unggul, baik dari serangan hama, toleran rendaman air, dan salinitas. Perubahan iklim yang tidak menentu terjadi beberapa tahun terakhir. Hal itu dapat dirasakan seperti peningkatan temperatur udara, peningkatan ketinggian permukaan laut, perubahan pola hujan dan peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan dan peningkatan curah hujan merupakan faktor yang menyebabkan banjir disejumlah daerah. Akibat dari banjir, seringkali tanaman padi menjadi mudah mati karena terbenam air. Walaupun tanaman padi merupakan tanaman semi aquatik yang memerlukan banyak air untuk pertumbuhannya, namun rendaman yang terjadi terhadap seluruh permukaan tanaman dan dalam waktu yang cukup lama dapat merusak jaringan tanaman padi dan akhirnya matinya pertumbuhan padi. Hal ini disebabkan pada saat seluruh permukaan tanaman terendam air, suplai oksigen dan karbon dioksida menjadi berkurang sehingga akan mengganggu proses respirasi dan fotosintesis pada tanamana padi.
Ada 2 strategi agar tanaman padi tetap tumbuh ketika terjadi banjir. Pertama adalah menanam varietas yang memiliki kemampuan untuk pemanjangan batang sehingga daunnya tetap bisa bernapas dipermukaan air. Kondisi ini sesuai dengan daerah yang mengalami genangan dalam waktu yang lama dengan rendaman  tinggi. Kedua adalah penanaman varietas untuk daerah rawan banjir tetapi rendaman terjadi dalam waktu sebentar ( < 14 hari ) maka dibutuhkan varietas padi toleran rendaman. Penggunaan varietas unggul yang toleran rendaman air mempunyai arti yang penting, hal itu dikarenakan varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi dalam budidaya padi yang relative murah, mudah, dan yang penting aman bagi lingkungan.
Varietas unggul ini didapat melalui serangkaian penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Padi bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI). Diperolehlah galur padi yang toleran rendam antara lain Inpara 3, Inpara 4 ( swarna-sub1 ), Inpara 5 ( IR64-sub1 ). Varietas ini mampu toleran terhadap rendaman air selama 14 hari pada masa vegetatif.
Varietas ini merupakan hasil bioteknologi. Varietas tersebut diperoleh melalui rekayasa genetika melalui persilangan. Rekayasa ini dilakukan dengan memasukan mutan gen yang diinginkan untuk kualitas padi yang diinginkan. Sifat toleran padi terhadap rendaman bervariasi antar varietas. Hal tersebut dikarenakan sifat tersebut diwariskan secara genetik dan gen penggendali sifat toleran rendaman telah diketahui. Gen toleransi rendaman disebut gen sub1 yang berasal dari varietas FR13A. Varietas FR13A merupakan kultivar toleran rendaman yang intensif dalam pengembangan padi toleran rendaman air. Gen ini dimasukkan kedalam varietas padi yang berkembang di Indonesia seperti Ciherang, IR64, Swarna dan lainnya. Gen sub1 adalah ethylene response factor, merupakan sejenis gen yang member sifat toleran rendaman yang juga merupakan hormon yang mendorong proses perpanjangan tanaman. Terdapat tiga gen yang mengandung ethylene response factor pada sub1yaitu sub1A, sub1Bdan sub1C. Tetapi dari ketiga jenis gen tersebut, gen sub1A merupakan penyebab tanaman padi menjadi tahan dalam rendaman air.
Selain toleran rendaman air, inpara 3 4 dan 5 juga memiliki keunggulan seperti ketahanan terhadap penyakit blas, hawar daun bakteri dan hama wereng cokelat. Hasil dari varietas unggul ini juga baik antara 4,2-5,7 t/ha. Merupakan hasil yang memuaskan untuk ukuran tanaman yang mengalami rendaman air.

Sabtu, 26 Mei 2012

Pentingnya diversifikasi pangan di Indonesia


10 September 2009

Tingginya konsumsi beras di Indonesia menyebabkan diterapkannya kebijakan impor yang menyiksa petani dan mengancam kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan diversifikasi pangan untuk mengatasi tingginya konsumsi beras.
Konsumsi beras Indonesia menduduki peringkat satu dunia. Setiap tahunnya, konsumsi beras per kapita oleh masyarakat Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita. Jumlah ini sangat jauh bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Jepang dan Malaysia yang hanya 60 kg dan 80 kg per kapita per tahun. Dalam kasus yang lebih ekstrem, pada tahun 2008 provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tingkat konsumsi sebesar 195,5 kilogram per kapita.

Produksi Pangan Dunia

Oleh: Nuhfil Hanani AR


Produksi Pangan dunia

Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan dalam Tabel 4.1. Negara–negara produsen pangan terbesar di dunia adalah negara China dan Amerika Serikat, sedangkan Indonesia masih tergolong 20 negara produsen pangan terbesar di dunia.